Kenali Lawan Bicaramu!

Tjahja Kartika

Kenali Lawan Bicaramu!
Tjahja Kartika
 
Berbicara adalah kegiatan berkomunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih, dengan tujuan untuk menyampaikan informasi. Dengan berbicara, diharapkan informasi yang diketahui oleh satu pihak, dapat diketahui pula oleh pihak lawan bicara. Proses berbicara biasanya meliputi penggunaan bahasa yang sama, topik yang sama, dan saling memahami diantara kedua atau ketiga belah pihak.

RASULULLAH shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tempatkan manusia pada posisi mereka.”

Diriwayatkan oleh Abu Dawud rahimahullah dalam Sunannya no. 4842, dari hadits Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha. Namun sayang sekali hadits ini dhaif, kata Abu Dawud sendiri, “Maimun Ibnu Abi Syubaib yang membawakan hadis ini dari Aisyah radhiallahu anha, tidak bertemu dengan Aisyah.” “Jadi, riwayat Maimun dari Aisyah radhiallahu anha tidak muttashil (tidak bersambung sanadnya),” kata Ibnu Abi Hatim rahimahullah dalam al-Marasil (hlm. 214).

Karena hadis di atas lemah, kita tidak dapat berhujah dengannya. Namun, dalam nash-nash syariat yang lain, kita memang disyariatkan untuk bersikap hikmah, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memosisikan sesuatu pada posisinya. Bukankah Allah azza wa jalla, Rabb kita, adalah Zat yang Mahahakim (memiliki hikmah) dalam penciptaan dan takdir-Nya, Mahahakim dalam syariat-Nya, Hakim dalam perintah dan larangan-Nya?

Dia azza wa jalla memerintah hamba-Nya untuk bersikap hikmah dan memerhatikan sikap ini dalam segala sesuatu. Demikian pula perintah dan bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, seluruhnya beredar di atas hikmah. (Dikutip dari artikel online : https://inilahbanten.co.id/detail/manusia-harus-ditempatkan-sesuai-posisinya/#:~:text=RASULULLAH%20shallallahu%20alaihi%20wa%20sallam,Ummul%20Mukminin%20Aisyah%20radhiallahu%20anha.)

Jelas dari penjelasan di atas, bahwa dalam berbicara, kita harus memperhatikan siapa lawan bicara kita. Tentu saja berbicara dengan anak usia 10 tahun tidak sama dengan berbicara dengan remaja berusia 15 tahun. Berbicara dengan seorang pimpinan berbeda dengan berbicara dengan teman selevel. Pun berbicara dengan orang-orang dari era yang berbeda. Generasi Y dan generasi milenial berbeda bahasan dan gaya bicaranya.

Bukan berarti lalu kita tidak bisa berkomunikasi dengan mereka yang berbeda. Hal yang demikian ini dapat disiasaati dengan terus menambah wawasan, membuka diri atas perubahan dan memahami setiap perbedaan. Setiap manusia sejatinya bergerak untuk terus berkembang, demikian juga dengan berkomunikasi. Wallahu ‘alam.
Sebagai pedoman dalam berkomunikasi, berikut ini adalah beberapa poin yang menjadi poin-poin penting dalam berkomunikasi :

1.      Melihat keadaan lawan bicara
2.      Tidak mendominasi
3.      Menggunakan bahasa yang sama-sama dipahami
4.      Sesuai dengan konteks pembicaraan
5.      Berbicara baik dan jujur
6.      Menunjukkan antusiasme (sesekali bertanya, dan memberikan apresiasi)
7.      Tidak memotong pembicaraan
8.      Menghindari perdebatan
9.      Menghindari membicarakan keburukan orang lain
10.  Menjaga intonasi
11.  Akhiri percakapan dengan baik

Berkomunikasi yang efektif, akan dirangkum dalam berbagai metode berbicara dan mendengar. Saat berkomunikasi, beberapa orang memiliki gaya yang berbeda-beda. Pada orang-orang yang agresif, penting bagi mereka untuk didengarkan dengan penuh perhatian, intens dan seperti tidak memerlukan tanggapan. Sedangkan pada mereka yang pasif, berbicara seperlunya dan sangat ingin dipahami tanpa perlu menjelaskan panjang lebar adalah ciri khasnya. Idealnya, seseorang berkomunikasi dengan gaya asertif, dimana terjadi timbal balik yang seimbang, tidak mendominasi, tidak bertele-tele dan dapt mendengar dengan baik.

Selain gaya berkomunikasi, sebaiknya perlu kita pahami cara mendengar yang ada di masyarakat. Gaya mendengar yang berorientasi pada konten, dimana mereka akan fokus pada apa dan mengapa yang ada dalam percakapan. Pembicaraan yang terjadi biasanya berkisar pada diskusi umum yang mudah berubah-ubah topiknya. Pada gaya mendengar yang berorientasi pada lawan bicara, mereka akan fokus pada latar belakang pembicara, biasanya digunakan saat bertemu dengan orang-orang baru. Kemudian, pada gaya mendengar yang berorientasi pada tindakan, mereka akan fokus pada rencana-rencana yang akan dilakukan setelahnya.

Demikian, sedikit paparan mengenai cara berkomunikasi yang dapat kita kenali dan terapkan sehari-sehari. Beberapa diantaranya tentulah gay akita. Pastikan kita mengenali lawan bicara kita, sebelum melanjutkan percakapan menjadi menarik atau membosankan!
 
Tentang penulis :
Tjahja Kartika adalah seorang ibu dan istri yang terus mengembangkan dirinya, khususnya dalam dunia literasi. Sebagai fasilitator, dia juga banyak menambah wawasannya untuk melengkapi diri dengan banyak membaca dan menulis. Beberapa antologi telah ditulis, berdasarkan pengalaman dan buku-buku yang dibacanya.